Selasa, 09 April 2019

AGRIBISNIS PETERNAKAN (Pertemuan 7)


Nama              : Gunawan Efendi
Nim                 : 150321100029
Mata Kuliah   : Agribisnis Peternakan
MANAJEMEN PENGELOLAAN RESIKO DAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA
A.     Pengertian Risiko
Risiko adalah ketidakpastian peristiwa yang memungkinkan untuk mengontrol dan mengurangi kerugian (Konsekuensi). Manajemen risiko akan membantu perusahaan untuk mengelola tujuan yang lebih akurat dan mendukung bisnis berkelanjutan. Risiko timbul karena ada ketidakpastian. Kondisi yang tidak pasti karena beberapa sebab:
1.   Tenggang waktu antara perencana suatu  kegiatan sampai akhir kegiatan.
2.   Keterbatasan informasi
3.   Keterbatasan pengetahuan /kemampuan /teknik pengambilan keputusan
Manajemen risiko merupakan suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Manajemen risiko mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin dan mengawasi/mengevaluasi program penanggulangan risiko.

B.     Sumber-sumber Risiko

1.   Ketidakpastian ekonomi: kejadian yg timbul akibat perilaku dari pelaku ekonomi, contoh: perubahan sikap konsumen, perubahan teknologi
2.   Ketidakpastian alam: ketidakpastian karena alam, contoh: badai, banjir, gempa, kebakaran.
3.   Ketidakpastian manusia: ketidakpastian oleh karena manusia, contoh: perang, pembunuhan, pencurian
C.     Jenis-jenis Risiko
1.   Risiko murni
Risiko Murni adalah risiko yg apabila terjadi tentu menimbulkan kerugian & tanpa disengaja, misalnya: kebakaran, bencana alam, pencurian.
2.   Risiko spekulatif
Risiko spekulatif adalah risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar terjadi ketidakpastian memberikan keuntungan kepadanya, misalnya: risiko hutang piutang, perjudian.
3.   Risiko fundamental
Risiko fundamental adalah risiko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan kepada seseorang & yg menderita tidak hanya satu misalnya: banjir, angin topan.
4.   Risiko khusus
Risiko khusus adalah risiko yang bersumber pada peristiwa mandiri & umumnya mudah diketahui penyebabnya, misalnya: kapal kandas, peswat jatuh.
5.   Risiko dinamis
Risiko dinamis adalah risiko yang timbul karena kemajuan masyarakat dibidang ekonomi, ilmu & teknologi. Kebalikannya Risiko statis seperti hari tua, risiko kematian.
D.     Tahap-tahap dalam manajemen risiko
1)  Identifikasi risiko
Proses ini meliputi identifikasi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha. Identifikasi resiko secara akurat dan komplet sangatlah vital dalam manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi resiko adalah mendaftar resiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara lain Brainstorming, Survei, Wawancara, Informasi historis, Kelompok kerja dll
2)  Analisis risiko
Setelah melakukan identifikasi resiko tahap berikutnya adalah pengukuran resiko degan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity kerusakan & probabilitas terjadinya risiko. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif  &  berdasarkan nalar/ pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yg sagat jarang terjadi. Sehingga pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan yg terbaik agar nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan manajemen resiko.
3)  Pengelolaan risiko
Beberapa jenis cara mengelola resiko
-     Risk avoidance yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung resiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas
-     Risk reduction disebut juga risk mitigation yaitu mrpk metode yg mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko/pun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko
-     Risk transfer yaitu memindahkan resiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak asuransi maupun hedging
-     Risk deferral dampak suatu resiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya resiko tersebut kecil
-     Risk retention walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurangi maupun mentransfernya namun beberapa resiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas
Berikut merupakan tingkatan kategori risiko beserta penanganan yang dilakukan:

HIGH
PROBABILITY
HIGH
IMPACT
RISIKO DIHINDARI/DITRANSFER
LOW
PROBABILITY
HIGH
IMPACT
RISIKO DIHINDARI, MITIGASI RISIKO,
CONTINGENCY PLAN
HIGH
PROBABILITY
LOW
IMPACT
MITIGASI RISIKO & CONTINGENCY
PLAN
LOW
PROBABILITY
LOW
IMPACT
RISIKO DIKURANGI/MENERIMA
EFEK






Sabtu, 06 April 2019

AGRIBISNIS PETERNAKAN (Pertemuan 6)

Nama              : Gunawan Efendi
Nim                 : 150321100029
Mata Kuliah   : Agribisnis Peternakan


PEMASARAN DAN DISTRIBUSI PRODUK PETERNKAN
A.     Pengertian Tataniaga
Produksi adalah suatu proses pembuatan barang atau jasa. konsumsi adalah suatu proses penggunaan dari barang atau jasa tersebut. Tata niaga berada di antara faktor produksi dan konsumsi yang merupakan penghubung kedua faktor tersebut. Tata niaga merupakan konsep sistem pertukaran (an exchange system) yang akan mengkoordinasikan antara “apa yang diproduksi” (what is produced) dengan “apa yang diminta” (what is demanded).
Kohls dan Downey (1972) serta Dahl dan Hammond (1977) mendefinisikan  bahwa  proses  tata  niaga  terjadi  setelah  proses  produksi selesai. Sehingga proses tata niaga mulai terjadi di pintu usaha tani atau usaha ternaknya, dan saat ini terjadi pemindahan kepemilikan untuk pertama kalinya (the first transfer of ownership). Akan tetapi, dari definisi ini sulit untuk membedakan konsep produksi dari tata niaga. Selanjutnya Breimjer (1976) menyatakan bahwa tata niaga merupakan proses pertukaran (exchange). Selain itu, juga sebagai segala sesuatu yang terjadi di antara produsen-konsumen. Sedangkan Philips (1968) secara spesifik mendefinisikan tata niaga sebagai usaha untuk mengumpulkan informasi dan komunikasi (information gathering and communication). Tataniaga oleh Purcell (1979) sebagai gugus dari komponen-komponen aktivitas tingkah laku (behavioural) dan ekonomik (economic), yang mengkoordinasikan semua aktivitas ekonomik dari setiap tingkatan perlakuan mulai dari titik produsen sampai ke titik konsumen.
Definisi tata niaga dalam arti luas adalah gugus dari komponen aktivitas tingkah  laku  dan  ekonomik.  Komponen-komponen tersebut  mengkoordi- nasikan aktivitas ekonomik dari setiap tingkatan perlakuan mulai dari produsen sampai dengan konsumen. Dengan demikian, pada setiap tingkatan terdapat mata rantai yang akan mengalirkan barang atau jasa dari titik produsen sampai ke titik konsumen.

Gambar 1

a)  Produksi
Kegiatan produksi peternakan dilakukan oleh peternak yang memelihara ternak. Lokasi peternakan tidak berada satu wilayah tetapi dapat tersebar di mana-mana. Skala ternak yang dipeliharanya bervariasi dari mulai jumlah sedikit sampai banyak. Jenis ternak yang dipelihara pun beragam. Demikian juga waktu pasca atau penjualan ternaknya tidak sama.
b)  Pengumpulan (Assembly)
Aktivitas atau kegiatan pengumpulan dilakukan oleh perorangan ataupun lembaga  sebagai  badan  usaha.  Belantik  ataupun  Patok  (istilah  di  Jawa Tengah dan Jawa Timur), bertindak sebagai pengumpul sapi potong dari peternak yang menjual sapinya. Belantik membawa sapi ke pasar hewan tingkat desa atau kecamatan. Kemudian dilakukan pengumpulan oleh pedagang pengumpul di tingkat kabupaten.
c)  Pemrosesan (Processing)
Adanya  perkembangan  teknologi  hasil  pertanian  ataupun  peternakan serta perkembangan waktu dan selera konsumen menyebabkan terjadinya perkembangan dalam industri pemrosesan hasil pertanian atau peternakan. Selain dalam bentuk daging sapi segar, saat ini kita dapat memperoleh daging sapi dalam bentuk beku. Daging sapi beku dipotong sesuai potongan standar seperti daging has (sirloin), daging lamusin (caberoll), dan daging iga (rib meat), sehingga dapat disesuaikan dengan jenis olahan yang akan dibuat.
d)  Pedagang Besar (Whole Selling)
Hasil-hasil industri pengolahan produk peternakan dari industri pengolahan biasanya ditangani lebih lanjut oleh pedagang besar (whole selling). Pedagang besar mendistribusikan produk hasil peternakan kepada subdistributor ataupun agen sebagai grosir. Cakupan jaringan distribusi dapat berupa skala regional ataupun nasional.
e)  Pengecer (Retailing)
Subdistributor, agen ataupun grosir mendistribusikan produk peternakan ke  pengecer.  Saat  ini  di  kota-kota  besar  berkembang  kegiatan  tingkat pengecer yang modern, seperti supermarket dan hypermarket yang cukup bersaing dengan para pedagang pengecer tradisional karena memiliki sarana dan fasilitas yang lebih baik dan modern.
f)   Konsumsi (Consumption)
Konsumen adalah perorangan atau kelompok orang yang akan menggunakan produk yang dihasilkan. Ada beberapa penggolongan konsumen, yaitu:
-     Konsumen langsung dan konsumen tidak langsung;
-     Konsumen rumah tangga dan konsumen lembaga;
Konsumen akhir dan konsumen dengan perantara.
B.     Manfaat Tata Niaga
Manfaat Tata Niaga bagi Produsen:
-     Merencanakan   pembelian   sarana   produksi   peternakan   (sapronak) sehingga  memperoleh kemudahan dan  keuntungan dengan  mengikuti sistem tata niaga tersebut;
-     Mengarahkan   produksi   dan   penjualan   hasil   produknya   sehingga mendapat keuntungan yang layak dari kesempatan peran tersebut;
-     Merencanakan investasi dan mengambil keputusan dalam usahanya.
-     mengarahkan keputusan-keputusannya dalam hal: komoditi (produk) yang akan diproduksi, sesuai dengan keinginan dan kegunaan konsumen yang berbeda, penentuan waktu dan tempat dalam pembelian input produksi/sapronak, penentuan waktu dan tempat penjualan hasil produksinya, partisipasi   yang   diberikan   terhadap   tata   niaga   sebagai   individu/ perorangan ataupun anggota masyarakat.
Manfaat Tata Niaga bagi Lembaga Niaga Perantara:
-     Merencanakan  dan  menentukan  tempat  serta  waktu  pembelian  atau penjualan produk yang diperdagangkannya.
-     Menentukan kebijakan dalam pembiayaan perkreditan untuk modal kerja atau investasi.
-     Memperlancar  proses   tata   niaga,   misalnya   memenuhi   permintaan konsumen dalam waktu, tempat, jumlah, dan kualitas serta harga yang sesuai.
Manfaat Tata Niaga bagi Konsumen:
-     Memilih dan menentukan pembelian  sejumlah  produk  berdasarkan  jenis/macam,  kualitas  produk, tempat pembelian, harga dan waktu yang diinginkan konsumen.
Manfaat Tata Niaga bagi Pemerintah:
-     Merencanakan program pengembangan produksi;
-     Mengimplementasikan program peningkatan produksi;
-     Merumuskan kebijakan harga;
-     Melakukan proyeksi  permintaan dan  penawaran  suatu  perkembangan harga.
C.     Tahap Perkembangan Ekonomi
Tahap perkembangan ekonomi Menurut Fredrich List ditinjau dari historis masyarakat yaitu sebagai berikut:
1)  Tahap Savagery
Tahap  dimana  manusia  melakukan perburuan atau  pengumpulan barang yang terdapat di alam. Misal: perburuan binatang dan penebangan pohon di hutan.
2)  Tahap Postural Life
Tahap   dimana manusia melakukan pengumpulan barang dengan berburu secara pasif dan juga mulai melakukan usaha memproduksi tanaman pangan seperti umbi-umbian.
3)  Tahap Agriculture
Tahap  dimana  manusia sudah  melakukan kegiatan  memproduksi dan memelihara bahan pangan.
4)   Tahap Agriculture dan Manufacture
Tahap dimana manusia sudah melakukan kegiatan atau usaha bidang pertanian dan usaha bidang industri.
5)  Tahap Agriculture, Manufacture, dan Trade
Selain adanya perkembangan usaha-usaha di bidang pertanian dan industri, maka berkembang kegiatan perdagangan.
Sedangkan menurut Hildebrant, ditinjau dari daerah hubungan kegiatan ekonomi:
1)  Tahap Barter Economy atau perekonomian natura.
Pada tahap ini kegiatan ekonomi yang dilakukan adalah tukar menukar (barter) atas kepemilikan barang yang satu dengan barang yang lainnya.
2)  Tahap Money Economy atau perekonomian memakai uang.
Pada  tahap  ini  pertukaran yang  dilakukan dengan cara  menukar barang dengan suatu nilai tertentu yang sudah disetarakan dalam bentuk nilai uang.
3)  Tahap Credit Economic atau perekonomian kredit.
Pada tahap ini selain sudah dilakukan pertukaran barang dengan suatu nilai dalam bentuk uang, juga sudah adanya kegiatan kelembagaan keuangan.
Namun menurut Karl Bucher, ditinjau dari jarak yang ditempuh barang dari titik konsumen ke titik produsen:
1)  Tahap Independent Domestic Economy
Tahap dimana terdapat usaha produksi untuk keperluan sendiri dan tidak terdapat tukar menukar barang.
2)  Tahap Town Economy
Tahap  dimana  terdapat  usaha  produksi  dan  pertukaran  barang dagangan antara produsen dan konsumen.
3)  Tahap National Economy
Tahap dimana terdapat usaha produksi dan pertukaran barang secara besar-besaran dan tersebar secara luas.
Sehingga secara umum ada dua tahap perkembangan ekonomi yaitu:
1)  Tahap Domestic Economy
Tahap dimana terdapat kegiatan memproduksi barang untuk keperluan sendiri dan tidak terjadi pertukaran. Kegiatan ekonomi antara produsen dan konsumen tidak dapat dibedakan, artinya proses produksi dengan proses konsumsi bersatu.
2)  Tahap Market Economy
Tahap dimana terdapat kegiatan memproduksi dan terjadi pertukaran barang. Pada tahap ini terlihat pula kegiatan produksi dengan kegiatan konsumsi.
D.     Produktivitas Tata Niaga
-     Nilai guna bentuk (form utility);
-     Nilai guna tempat (place utility;.
-     Nilai guna waktu (time utility);
-     Nilai guna pemilikan (ownership or possesion utility).